Giovanni van bronckhorst : ibu saya maluku

Giovanni Christiaan van Bronckhorst akrab dipanggil Gio , lahir di Rotterdam, Belanda, 5 Mei 1975 (umur 35 tahun) adalah seorang pemain sepak bola dari Belanda. Sejak tahun 2003 ia bermain di Feyenoord Rotterdam di Eredivisie. Ia biasanya berposisi sebagai pemain tengah atau pemain bertahan.

Ia memperkuat Belanda pada berbagai turnamen peringkat internasional sejak Piala Dunia FIFA 1998 hingga Piala Dunia FIFA 2010. Pada timnas yang terakhir ini ia dipercaya sebagai kapten.

Bronckhorst adalah salah satu dari beberapa pemain Belanda dalam tim nasional Belanda yang berketurunan Indonesia. Ayah Bronckhorst adalah seorang Indo sementara ibunya berasal dari Saparua, Maluku. Satu hal yang unik, walaupun Gio lahir dan sudah lama menetap di Belanda, ia masih bisa berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan aksen Indonesia Timur yang kental dan khas, walaupun ia tidak benar-benar menguasai seluruh kosakata yang ada dalam Bahasa Indonesia. Ia mengaku mendapat kemampuan itu dari ibunya yang asli Maluku.

Secara fisik, mantan kapten timnas Belanda itu memang baru kali pertama menginjakkan kaki di negeri tempat kelahiran sang ibu, Fransien Sapulette, pada Selasa pagi lalu (21/6). Tapi, imajinasi tentang negeri ini terkonstruksi sejak eks bintang Barcelona itu masih kanak-kanak.

“Sejak saya kecil Ibu rajin mengajari kami, anak-anaknya, lagu-lagu daerah Maluku. Beliau juga kerap memasak makanan Indonesia. Sampai sekarang pun saya sangat menggemari gado-gado dan sate,” kata Gio pada jumpa pers Selasa sore.

Ibunda Gio memang asli kelahiran Saparua, Maluku Tengah. Sedangkan sang ayah yang menemaninya ke Jakarta, Victor van Bronkchorst, merupakan keturunan Belanda-Indonesia yang lahir dan besar di Belanda.


Kebetulan pula Rotterdam, kota kelahiran mantan pemain yang mulai meniti karir di Feyenoord, kuat atmosfer Indonesia-nya karena banyak keturunan Indonesia di sana. Restoran Indonesia, misalnya, banyak berdiri di kota yang menjadi markas Feyenoord tersebut. “Itu yang membuat saya sampai sekarang sangat menggemari gado-gado dan sate,” kata Gio.

Meski tak lagi ingat lagu-lagu daerah Maluku yang dulu diajarkan sang ibu, lewat makanan dan lagu itulah pertautan Gio dengan Indonesia terus tumbuh dan akhirnya mekar ke mana-mana. Bahasa Indonesia sedikit-sedikit dikuasainya. Ini diperlihatkan saat jumpa pers. Perkembangan persepakbolaan Indonesia mutakhir juga diketahuinya.

Dari situlah, mengunjungi Indonesia pun menjadi salah satu keinginan terbesarnya. Kesempatan itu nyaris datang Maret lalu. Tapi, rencana matang itu berantakan menyusul meledaknya bom buku di Jakarta.

Selain van Bronckhorst, masih ada lagi pemain keturunan Indonesia di timnas Belanda saat ini, seperti John Heitinga, Robin Van Persie, Demy De Zeeuw dan Nigel de Jong. Van Persie yang jadi andalan lini depan Belanda di Afsel dan punya 49 caps untuk timnas, konon memiliki darah Indonesia dari sang nenek, sementara De Jong disebut-sebut keturunan Belanda, Maluku dan Suriname.

Hal ini diyakini pula oleh masyarakat Maluku. Tak ayal mereka gembira benar dengan kesuksesan Belanda, yang diperkuat beberapa pemain dengan “kedekatan” khusus, lolos ke final Piala Dunia 2010.